Tiga terduga anggota jaringan teroris pengebom
Terminal Kampung Melayu rata-rata tertutup. Ada yang namanya sampai tak dikenali
meski mengontrak di rumah yang ditinggali sekarang sejak bujangan.
DI depan rumah berpagar bambu yang telah lapuk itu,
belasan polisi berhenti berlari. Mereka bersenjata lengkap, dilengkapi helm dan
penutup muka.
Tiba-tiba dari arah rumah di Jalan Ranca Sawo RT 1, RW
21, Margasari, Buah Batu, Bandung, itu seorang perempuan bercadar yang
menggandeng seorang anak keluar dengan cepat.
Dia setengah berteriak, dilanjutkan dengan suara
tangis, sembari berjalan menuju gang tepat di sebelah rumahnya. Belasan polwan
berpakaian batik lalu mendampinginya.
Bergegas perempuan itu masuk ke sebuah rumah yang
berjarak 20 meter di belakang kediamannya. Polisi lalu membuat barikade untuk
mencegah siapa pun mengikutinya. Hanya perempuan itu, anaknya, dan polwan.
Kabidhumas Polda Jawa Barat Kombespol Yusri Yunus yang
berada di lokasi menjelaskan, perempuan tersebut merupakan istri salah seorang
terduga jaringan pelaku pengeboman Terminal Bus Transjakarta Kampung Melayu
yang berinisial WS.
”Biarkan perempuan itu ditemani polwan,” ujarnya.
Densus 88 Antiteror dan Polda Jawa Barat kemarin
memang menangkap terduga jaringan pelaku bom yang menewaskan tiga personel
polisi tersebut.
Mereka adalah WS, AK alias AD, dan JIS. Sedangkan dua
pelaku bom bunuh diri pada Rabu malam lalu (24/5) itu adalah Ichwan Nurul Salam
dan Ahmad Sukir yang sama-sama berasal dari Bandung.
Peran ketiganya masih diperiksa. ”Nanti ya perannya,
saat ini kami sedang mencari barang bukti lainnya,” tuturnya.
Kehadiran polisi di rumah WS itu otomatis menjadi
tontonan warga. Ada yang berdiri berkelompok di belakang garis polisi. Ada yang
melihat dari sebuah poskamling.
Salah seorang tetangga WS yang bernama Saeroji, 53,
mengaku tinggal empat rumah dari rumah yang sedang digerebek tersebut. ”Itu
rumah saya, warna krem, empat rumah dari sini,” paparnya.
Tapi, saat ditanya nama penghuni rumah yang digerebek
polisi, Saeroji malah mengaku tidak tahu. ”Namanya siapa ya? Saya nggak tahu,”
ucap dia.
Menurut Saeroji, sehari-hari penghuni rumah yang
digerebek tersebut jarang bergaul. Orang itu hanya sering di rumah, menjual
mainan.
”Saya jarang bertemu dia,” papar Saeroji saat ditemui
di poskamling yang berada tepat di depan rumah yang digerebek.
Saeroji mengatakan, di kampung tersebut memang tidak
ada aktivitas warga yang signifikan. Arisan, pengajian, atau gotong royong
jarang digelar.
Vera Wati, tetangga sebelah rumah WS, mengaku mengenal
WS sejak masih bujangan hingga beristri dan punya dua anak. ”Dulu dia
mengontrak di rumah saya ini. Tapi karena dibangun, ya pindah ke sebelah itu,”
ujarnya.
Saat masih muda dan bujang, WS cukup ramah kepada
tetangga. Kerap kali menyapa kalau bertemu. Juga jarang sekali telat membayar
uang kontrakan.
”Dari dulu memang berjualan mainan saja,” tuturnya.
Setelah menikah sekitar lima tahun lalu, WS juga masih
tidak berubah. Saat bulan puasa, biasanya dia ikut salat Tarawih berjamaah di
masjid kampung.
”Tapi,
Ramadan tahun lalu dia mulai tidak pernah Tarawih di masjid kampung lagi,”
ungkapnya.
Setahun lalu itu pula mulai terasa ada perubahan pada sikap WS.
”Saat itu, setahu saya, dia mengaku ikut pengajian di luar. Tapi, saya nggak
tahu pengajian apa,” tuturnya.
WS mulai menjadi lebih pendiam dan jarang bergaul. Sejak itu
pula istri WS mengenakan cadar.
Dari rumah WS, polisi kembali bergerak menuju Dayeuh Kolot,
Kabupaten Bandung. Dengan menggunakan belasan kendaraan yang beriringan, mereka
meluncur. Setiba di Jalan Raya M. Toha, polisi masuk ke sebuah gang.
Sekitar 100 meter kemudian, terdapat rumah dengan perahu usang
yang teronggok di depannya. Polisi masuk ke rumah itu. ”Ini rumah terduga
berinisial AK alias AD ya,” ujar Kabidhumas Polda Jawa Barat Kombespol Yusri
Yunus.
Rindi, tetangga AK yang tinggal tepat bersebelahan, mengaku
tidak mengenal dengan baik AK. Yang dia ketahui, AK hanya berjualan karpet.
”Dia suka beli jajanan di warung saya, tapi ngobrol seperlunya saja,” paparnya.
Sepengetahuan dia, AK memiliki satu istri dan satu anak yang
berusia sekitar empat tahun. ”Anaknya malah menjadi teman main anak saya. Tapi,
saya nggak begitu kenal orang tuanya,” tutur dia.
Beberapa kali Rindi melihat kumpulan semacam kelompok pengajian
di rumah AK. Namun, orang-orang yang hadir tidak berasal dari kampung tersebut.
”Orang luar dan sangat pendiam, tidak menyapa saya. Nggak ada urusan lah,”
katanya.
Tidak lama kemudian, polisi berpindah lokasi. Ternyata, polisi
tidak menemukan istri dan anak AK. ”Kita ke rumahnya yang lain,” ujar Yusri
sembari berjalan cepat.
Di rumah lain yang berjarak 5 km dari rumah pertama itu, istri
dan anak AK ditemukan. Mereka kemudian dimintai keterangan oleh sejumlah
polwan. Karena tidak banyak yang diungkap, polisi langsung kembali meluncur ke
lokasi lain.
Kali ini menuju Kampung Bangkok, Pada Asih, Cisarua Kabupaten
Bandung. Setelah satu jam perjalanan, tibalah rombongan di Kampung Bongkok.
Sebuah rumah dua lantai dengan warna cat kombinasi kuning dan
ungu langsung digaris polisi. Rumah tersebut milik terduga pelaku bom Kampung
Melayu yang berinisial JIS.
Tepat di depan rumah tersebut, terdapat sebuah bengkel. Pemilik
bengkel yang bernama Efendi mengaku tidak begitu mengenal JIS. ”Jarang keluar
orangnya,” ujarnya.
Menurut dia, JIS bekerja sebagai pengusaha konfeksi. Di dalam
rumah itu, usaha konfeksi tersebut dijalankan. ”Bikin kerudung itu,” ujarnya.
Beberapa tahun lalu JIS memang sangat ramah kepada warga.
Bahkan, dia kerap menjadi imam di masjid kampung.
Namun, sekitar setahun belakangan JIS menolak untuk menjadi imam
kampung. ”Entah kenapa,” kata dia.
Sementara itu, Suherman, tetangga JIS, mengaku tidak mengenal
pengusaha konfeksi tersebut. Dia membenarkan bahwa sebelumnya JIS memang
merupakan imam di masjid. Tapi, entah mengapa dia tidak lagi menjadi imam.
Yusri menambahkan, dari tiga penggerebekan itu, diketahui pelaku
begitu tertutup dengan masyarakat dan lingkungannya.
Karena itu, sebenarnya keaktifan masyarakat untuk saling
mengenal dan melihat bila ada orang baru menjadi salah satu cara untuk mencegah
terjadinya kejahatan.
”Kami berharap masyarakat lebih aktif mengenali lingkungannya,”
ucap dia.